Jumat, 24 Januari 2014

(9) Waktu Yang Terbuang

Masuk kerja jam 8 pagi pulang jam 4 sore, itu normal shift kalau lembur bisa sampai jam 8 malam pernah juga sampai jam 9 malam. Kalau pulang cepat, tidak ada lembur, biasanya ke rumah teman dulu atau sekadar mampir ke warung untuk "kas bon" makan sore. Sampai rumah rebahan, istirahat. Tapi kadang malah gak bisa tidur, tapi kalau di tempat kerja malah malas, ngantuk. Itu mungkin gangguan dari syaitan.
Kalau pas lembur "subhanallah" capeknya, terasa benar susahnya mencari sesuap nasi dan segenggam emas, he...he..

Masjid Nurul Islam, Muka Kuning, Batam
Kegiatan di Kawasan Industri Batamindo (KIB) mulai saya dengar, katanya ada beberapa kegiatan rutin, pada suatu kesempatan aku ke Masjid Nurul Islam, Muka Kuning, setelah shalat berjamaah lihat-lihat majalah dinding (mading). Waktu itu aku lihat kegiatan Manajemen Qolbu (MQ) yang diasuk oleh KH. Abdullah Gymnastiar atau yang akrab dipanggil Aa Gym, aku tertarik juga untuk ikut. Dan itulah kegiatan pertama ku di Masjid Nurul Islam, Muka Kuning saat itu 2002. Waktu itu juga Aa Gym sering ke Masjid Nurul Islam, Muka Kuning karena ada rencana buka pondok dan cabang Darut Tauhid Batam.

Waktu yang terus terbuang percuma kini di isi dengan mengikuti kegiatan yang ada di Masjid Nurul Islam, Muka Kuning, Kawasan Industri Batamindo (KIB). Di sana kegiatan remaja masjidnya sangat aktif, mereka menamakan dirinya Remaja Masjid Kawasan Industri Batamindo (RMKIB).
Saat kerja pulangnya cepat dulu banyak di tempat kost namun sekarang

Kamis, 23 Januari 2014

Semarak Islam Di Muka Kuning

Geliat dakwah Islam hadir diantara riuh rendahnya serta kesibukan para pekerja di Kawasan Industri Batamindo (KIB) Muka Kuning Batam. Isu miring tentang keadaan Batam yang terdengar di luar daerah yang lain kiranya tidak semua benar, dari sebuah kawasan pekerja muncul suatu komunitas yang berusaha mempelajari Islam untuk memperbaiki diri dan kemajuan dakwah Islam.
 
Keberadaan Islam di Kawasan tersebut tidak terlepas dari dua masjid yang ada yaitu Masjid Nurul Islam dan Masjid Nurul Iman serta niat ingin memperbaiki diri. Baik secarah lahir maupun bathin. Untuk lebih melihat perkembangnya kita terlebih dahulu dapat melihat dan mengenal dua masjid tersebut.


Pagi itu cuaca cerah sekelompok pekerja mulai melakukan  aktifitasnya, ada yang berjalan kaki, ada juga yang mengendarai motor, bahkan sepeda, meninggalkan dormitory (asrama) menuju tempat kerja masing-masing. Ada juga sekelompok pekerja yang rata-rata perempuan justru mulai pulang dari perusahaan, karena mereka masuk dalam shift kerja malam. Mereka berjalan menelusuri jalanan yang dihiasi dengan pepohonan yag membuat cuaca menjadi sedikit sejuk. Sesekali dari mereka bersenda gurau dengan teman-temannya. Ada juga sebagian berjalan kaki masuk ke dalam komplek masjid, ya itulah Masjid Nurul Islam yang terletak di Kawasan Industri Batamindo (KIB) Muka Kuning Batam.

Rabu, 22 Januari 2014

(8) Masak Ala Anak Kost

Mie bisa jadi makanan yang paling praktis buat anak kost, namun efeknya mulai kami rasakan, bukan kami sombong atau gengsi, yang pasti kami mulai mengurangi mengkonsumsinya, mules, perut terasa kembung setidaknya itu yang kami rasakan. 

Pagi sebelum kerja kami sempatkan untuk masak nasi, sayur, lauk seadanya. Habis subuh berjamaah biasanya juga kami sempatkan olahraga, lari pagi, lompat tali atau sekadar jalan kaki di sekitar tempat kost. Suasana pagi sangat menyenangkan  tempatnya cukup sejuk, berbukit-bukit. Itulah Kampung Boyan Jl. Lambung Mangkurat, Bengkong Indah, Batam.

Memasak ala anak kost adalah sebuah kenangan yang tak terlupakan walau ala kadarnya tetap menyenangkan tapi kalau hari kerja kadang kami kas bon juga, kami bawa pulang. Makanan "Thailand" enak gak enak ditelan.Yang lebih luang waktunya kalau hari Minggu masaknya sekalian untuk satu hari. Waktu lembur dan dapat gaji lebih dari biasanya aku beli beras 1 karung yang isi 25 kg dan mie 1 duz. Tapi yang terjadi teman satu kost, malah sakit perutnya, mulai kejadian itu kami mulai mengurangi konsumsi mie instant. Minimal kami masak nasinya, lauk, sayur bisa menyusul. Masakan Jawa dan Padang paling dominan, harganyapun sesuai kantong anak kost. Malah peluangnya banyak orang menjual makanan matang siap saji lebih praktis karena pekerja di Batam sedikit waktu untuk sekadar masak setelah pulang kerja, lebih banyak dipakai untuk istirahat. Ya itulah masak ala anak kost tetap asyik-asyik aja saya dan teman-teman menjalaninya.

Senin, 20 Januari 2014

(7) Pindah Kerja, Pindah Kost

Kabar panggilan wawancara di perusahaan konstruksi itu aku dapat dari salah seorang teman kost. Nyaris terlambat karena aku baru datang setelah 2 hari dari panggilan. Aku minta izin di CV tempat kerjaku yang lama dengan alasan ada teman yang sakit.


(6) Belajar Marketing

Alhamdulillah, itulah kata yang pertama saya ucapkan saat diterima kerja setelah satu bulan nganggur. Posisi Marketing disalah satu CV di pusat kota Nagoya, Batam menjadi tantangan tersendiri. Waktu itu dua posisi yang dibutuhkan yaitu Marketing dan Teknisi komputer. Apalagi aku belum punya pengalaman sama sekali. 

Di bagian Marketing dan Teknisi ada tim sendiri jadi kita sebenarnya hanya mengikuti arahan senior kita saja, kedua bagian utama tersebut sebenarnya saling berhubungan. Aku setidaknya mendapat beberapa pelajaran dari kegiatan marketing, sebagai suatu tim harus bisa mengikuti irama dengan baik, berhadapan dengan konsumen, melakukan penawaran, follow up sampai closing. Pengalaman yang sangat menyenangkan. Kalau dari penghasilan masih dibilang minim sebenarnya, potensinya ada di penjualan barang yang kita jual.

Aku saja baru menyadari pentingnya marketing setelah lama tidak aktif lagi di CV tersebut, dan paling terasa saat memulai usaha sendiri. Bahwa memang kita harus punya kemampuan Marketing yaitu menjual, baik menjual barang, menjual ide, gagasan. 

Seperti untuk melamar pekerjaan di suatu perusahaan saja kita harus dapat "menjual diri" artinya kita wajib menjual kemampuan kita, bidang apa yang bisa kita jual dan tawarkan kepada  perusahaan. Sebaiknya barang dan produkyang ada tapi kalau kemapuan menjualnya kurang bisa jadi tidak laku di pasaran. 

Intinya setiap yang saya dapat adalah pelajaran yang sangat berharga, tapi saya tidak lama bergabung di tim Marketing tersebut. Karena saya terima tawaran lagi di sebuah perusahaan yang lain, sempat bingung tapi keputusan harus cepat diambil akhirnya aku memilih di perusahaan tersebut dan mengundurkan diri dari kegiatan marketing untuk sementara.

Minggu, 19 Januari 2014

(5) Tetap Shalat Berjamaah

Pulau Setokok, 22 Juli 2006 (foto Iwan)
Jauh dari orang tua, keluarga dan tempat yang baru, menjadi ujian tersendiri, Alhamdulillah tempat kostku dekat dengan masjid jadi bisa dengan cepat berangkat ke masjid. Untuk shalat berjamaah, memang belum penuh lima waktu, hanya Maghrib, Insya, dan Subuh.

Di tempat kost tidak semua beragama Islam, ada yang Kristen, juga Hindu, Budha. Jadi memang harus tetap menjaga toleransi. Merantau ke Batam bisa melenakan, ada yang ditempat asal rajin ibadah utamanya shalat berjamaah malah setelah jauh lupa dan shalatnya "bolong-bolong."

Namun bisa juga sebaliknya di kampung lupa ibadah di tanah rantau jadi tambah getol ibadahnya, itu semua tidak terlepas dari lingkungan dan siapa temannya. Maka beruntung sekali yang ada perubahan menuju hidup yang lebih baik. Selain shalat berjamaah ke masjid juga bisa menambah teman atau silaturahim dengan tetangga warga sekitar baik pendatang maupun warga tempatan. Ada juga yang datang ke Batam belum menutup aurat, Jilbab tapi setelah di Batam dan mengikuti Tarbiyah menjadi orang yang menutup aurat.


Masjid Nurul Islam, Muka Kuning, Batam


















(4) Nasib Anak Kost

Dam Muka Kuning, Batam
Pagi hari tempat kost biasanya ramai, siap-siap menuju tempat kerja masing-masing. Aku hanya bisa melihat mereka berangkat kerja. Ada juga 2-3 orang yang pagi baru pulang karena ada perusahaan yang memberlakukan 2 sampai 3 shift. Aku juga dapat berkenalan dengan mereka dan menariknya mereka datang dari berbagai kota di Indonesia, seperti Yogya, Medan, Jawa Timur, Bali dan lainnya. Dan yang menjadi tambah semangat karena salah satu adalah kebersamaan, tiap anak kost pada suatu kesempatan luang kami saling berkenalan.

(3) Merantau

Waktu terus berlalu, walau sudah coba dibeberapa perusahaan hasilnya tetap gagal, belum dapat kerja yang diharapkan. Setelah wisuda beberapa teman berencana mengadu nasib di kota lain. Dua orang teman saya sangat ingin segera mewujudkannya. Batam menjadi pilihannya untuk dituju. Walau belum tahu kondisi di sana pada waktu itu, mereka terus melakukan persiapan, aku sempat mereka ajak, namn karena belum ada kepastian tempat tinggal dan tempat kerja, aku terpaksa menolaknya. " Maaf aku gak ikut, nanti saja kalau ada kepastian," jawabku singkat. Alhamdulillah aku tidak melihat kekecewaan di wajah mereka.

(2) Sahabat Akrab

Aku masih terus mencari kerja, walau banyak teman seangkatan sudah dan sukses pada waktu itu. Putus asa itu mungkin ungkapan yang pas pada waktu itu tapi aku berusaha bangkit. Pada waktu tertentu aku menyempatkan ikut pengajian rutin selain mengisi waktu juga setidaknya menguatkan niat dan cita-cita yang belum terwujud. Silaturahim ke beberapa teman aku lakukan dan tak lupa untuk cari - cari info kerja. Dari beberapa sahabat akrab inilah bisa "membunuh" kebosanan dan memang silaturahim akan dapat pahala yang dijanjian Allah.

Sebut saja Edi salah satu sahabat akrabku, yang kerapkali menghibur pada waktu itu. Kami saling bergantian  berkunjung ke rumah masing-masing. Dan setelah itu kebeberapa teman lainnya. Atau sekadar ngobrol di rumah atau menikmati pempek, makanan khas Palembang yang "mak nyus". Edi itulah namanya tiga huruf. Awal mengenalnya saat kelas II SMP, sebenarnya ia adalah kakak kelasku, karena ia tinggal kelas alias tidak naik akhirnya bergabung dengan kelasku. Bangku sebelahku yang kosong waktu itu menjadi pilihannya.Tidak cuma kami yang saling mengenal tapi keluarga kami juga saling mengenal. Pada waktu tertentu kami saling mengunjungi.

Kami saling menutupi kekurangan kami, dan walau punya kelebihan masing-masing saling menjaga tidak sombong dan menjadi kunci keakraban kami. Selain Edi, temanyang juga telah memberikan sebuah harapan agar tetap semangat menghadapi tantangan, dan di sini tidak bisa kusebut satu persatu. Tapi buat kalian aku sangat bangga dan buat kalian aku katakan "Aku mencintai kalian."

Daftar Isi

1. Mencari Kerja
2. Sahabat Akrab
3. Merantau
4. Nasib Anak Kost
5. Pelajran Marketing
6. Tetap Sholat Berjamaah
7. Pindah Kost
8. Masak ala Anak Kost
9. Waktu Yang Terbuang
10. PUMA di Muka Kuning
11. Bertemu Aa Gym
12. Pindah Kost Lagi
13. 17 Kali
14. Lingkungan Yang Nyaman
15. Kenakalan Remaja
16. Putuskan Untuk Resign
17. Kuli Harian
18. Pelatihan Jurnalistik
19. Catering Service
20. Remaja Masjid
21. Wartawan Tanpa Surat Kabar
22. Pondok Pesantren
23. Direkrut NIG

(1) Mencari Kerja

Batam Centre 2009
Setelah selesai ujian negara dan menyelesaikan tugas-tugas termasuk administrasi hal yang akan dinanti tentu wisuda, banyak teman yang menyebut wis=sudah, ya sudah.

Ujian negara harus kami lalu karena status tempat kami belajar berstatus sekolah / akademi swasta yang terdaftar. Sebenarnya Indek Prestasi Kumulatif (IPK) yang kumiliki sudah cukup untuk wisuda. Namun mengikuti saran dari teman, standar mencari kerja berpatokan pada IPK yang ditentukan dan dari tahun-ketahun akan berubah. Jadi kalau di bawah standar kita sulit "berkompetisi" di bursa kerja.

Awal tahun 1998 bukan hal yang mudah untuk mencari kerja yang sesuai dengan pendidikan dan yang kita minati, apalagi dengan kemampuanku yang pas. Waktu itu sangat akrab dengan istilah Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN) juga istilah D2 Duit dan Dekeng (orang yang membacking).

Sebelum ke sana dan ke mari cari kerja aku sangat berminat berkarir di dunia militer. Sekolah Perwira Angkatan Darat, pada waktu itu, lagi-lagi seolah ada tembok yang tebal dan tinggi untuk menembusnya. Akhirnya aku putuskan untuk mengubur "impian" itu dalam-dalam, walau sangat sedih. Waktu itu padahal orang tua sudah menyiapkan dana untuk mewujudkan cita-cita itu namun akhirnya kau dan orang tua tetap pada keputusan untuk tidak melanjutkannya.

Mencari kerja sudah aku mulai sebelum wisuda, aku cari informasinya dari koran lokal setempat, panggilan tes dan wawancara beberapa kali aku lalui namun hasil gagal. Sambil mengisi kekosongan waktu aku bantu-bantu usaha jualan Mama di depan rumah. Usaha dagang Mama sebelum Baba (bapak) pensiun. Keuletan dan hobi Mama tersalur dari usahanya. Donat, kue dan aneka makanan menjadi andalan jalan paginya. Peminatnya juga banyak, Alhamdulillah. Walau sedikit banyak membantu kebutuhan harian, tapi entahlah waktu itu tidak terpikir untuk membuka usaha sendiri, teorinya saja kita sering dengar sebaiknya buka usaha bukan mencari kerja.

Tiap hari memburu lowongan kerja di koran, sampai akhirnya Baba putuskan untuk langganan koran setelah melihat aku terus mencari kerja, rubrik lowongan kerja paling dibaca awal bukan berita atau ramalan zodiak seperti yang dibaca banyak orang. Tawaran seorang saudara untuk kerja di proyek sebagai kuli aku terima saja dengan harapan ada jalan untuk posisi yang lebih baik sambil terus masukkan lamaran di beberapa perusahaan. Proyeknya dapat kontrak 3 sampai 5 tahun ke depan namun aku tidak lama menjalani, yang kuingat  2-3 bulan saja.

Alhamdulillah waktu itu walau secara matari nggak cukup ada banyak pelajaran yang aku dapat, teman dan apa artinya kerjasama tim dalam lingkungan kerja. Tempat kerja yang jauh membuat kami tetap tinggal di barak, 1 minggu sekali baru diizinkan pulang.