Minggu, 19 Januari 2014

(3) Merantau

Waktu terus berlalu, walau sudah coba dibeberapa perusahaan hasilnya tetap gagal, belum dapat kerja yang diharapkan. Setelah wisuda beberapa teman berencana mengadu nasib di kota lain. Dua orang teman saya sangat ingin segera mewujudkannya. Batam menjadi pilihannya untuk dituju. Walau belum tahu kondisi di sana pada waktu itu, mereka terus melakukan persiapan, aku sempat mereka ajak, namn karena belum ada kepastian tempat tinggal dan tempat kerja, aku terpaksa menolaknya. " Maaf aku gak ikut, nanti saja kalau ada kepastian," jawabku singkat. Alhamdulillah aku tidak melihat kekecewaan di wajah mereka.

Setahun lebih berlalu aku tidak dapat kabar berita dari mereka yaitu Agus dan Edwin. Namun di hari Lebaran aku dikejutkan kedatangan Edwin yang berkunjung ke rumah. Banyak hal yang ia ceritakan, termasuk suka dukanya mencari kerja di perantauan. Namun menurutnya peluang masih terbuka jika mau terus berusaha. Dan antara Batam - Palembang saat itu menurutnya peluangnya masih besar Batam dalam hal peluang lowongan kerja. Setelah menimbang, memikirkan dan memohon petunjuk Allah, diskusi serta mohon doa Mama dan Baba akhirnya aku putuskan untuk merantau. Masih ku ingat waktu itu awal Januari 2000.

Dengan kapal cepat Palembang - Batam kami harus tempuh satu hari penuh. Perasaan dan penuh harap untuk hidup yang lebih baik seperti tertanam dipikiranku saat itu. Di kapal aku bertemu dengan sahabatku yang lain yang sudah lebih dahulu di Batam. Hempasan ombak menambah semangat baru untuk menumbuhkan semangat yang nyaris padam.

Sekitar pukul 20:00 WIB waktu setempat kami sampai di pelabuhan Sekupang, Batam. Ramai kendaraan dan lalu lalang orang semakin menambah semangat. Aku langsung menuju ke tempat sahabatku Indra, teman kuliah. Bersamanya aku menyewa sebuah taksi menuju tempat kostnya.

Tiga malam menginap di rumahnya adalah suatu kehormatan, apalagi kondisiku lagi nganggur, selama beberapa hari aku diajak bersilaturahim kebeberapa saudaranya. Alhamdulillah setelah tiga hari aku sudah kost sendiri sama saudaranya Edwin yaitu Qodri. Dengan perlengkapan kamar seadanya kami menikmati suasana itu. Kasurnya dapat dari Indra yang kondisinya sudah tipis dan mulai rontok.

Hari selanjutnya mulai kembali mencari info kerja baik dari koran maupun datang langsung ke beberapa perusahaan. Salah satunya kawasan yang terbesar, Kawasan Industri Batamindo (KIB), lagi-lagi hasilnya belum memuaskan. Kemudian aku mengalihkan pencarian kerja di jantung kota Batam tapi yang aku lihat kebanyakan adalah marketing. Tapi aku pikir tak apalah minimal ini sebagai batu loncatan. Akhirnya aku coba juga masukkan. Lembar foto copy, surat lamaran dan kelengkapannya sudah aku siapkan dari Palembang, jadi lebih mudah tinggal masukkan saja ke perusahaan yang dituju.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar