Minggu, 19 Januari 2014

(4) Nasib Anak Kost

Dam Muka Kuning, Batam
Pagi hari tempat kost biasanya ramai, siap-siap menuju tempat kerja masing-masing. Aku hanya bisa melihat mereka berangkat kerja. Ada juga 2-3 orang yang pagi baru pulang karena ada perusahaan yang memberlakukan 2 sampai 3 shift. Aku juga dapat berkenalan dengan mereka dan menariknya mereka datang dari berbagai kota di Indonesia, seperti Yogya, Medan, Jawa Timur, Bali dan lainnya. Dan yang menjadi tambah semangat karena salah satu adalah kebersamaan, tiap anak kost pada suatu kesempatan luang kami saling berkenalan.
Makan dan minum bersama walau menunya mie instant tapi terasa nikmat luar biasa. Sebagai info tambahan adalah bahwa mie instant adalah makanan cepat saji yang paling laris dan dicari anak kost saat itu, maka tak terbayang keuntungan produsen mie instant.

Satu bulan tak terasa nganggur, cari kerja, kesana kemari. Lebih terasa karena persediaan dana mulai menipis tapi terus dan belum putus asa untuk terus mencari. Karena waktu itu belum punya Hand Phone (HP) maka no telp ikut yang punya kost, telpon rumah. Jadi kalau ada panggilan bisa cepat dihubungi. Maklum harga HP pada waktu itu masih sangat mahal untuk ukuran anak kost yang belum kerja. Tidak seperti sekarang harga dan produk sudah bersaing dari China, Korea dan lain-lain.

Menarik sekali apa yang ada di  KIB Muka Kuning, pada beberapa kesempatan aku diajak Edwin berkunjung ke beberapa tempat seperti dormitori dan lain-lain. Dormitori adalah tempat asrama karyawan. Di sana saya dikenalkan dengan teman-teman yang di sana dan sekalian cari informasi kowongan kerja.

Tepat satu bulan nganggur aku di telpon katanya besok test wawancara. Subhanallah... senang gembira saat itu, aku kabari teman-teman dan minta doanya orang tua. Orang tua memang tidak langsung aku kabari maksudnya untuk memastikan aku pasti kerja di tempat tersebut. Dan hal yang tetap kuingat adalah saat hari pertama kerja uang simpanan sudah habis untuk transport dan makan tidak ada. Dengan terpaksa dan berat akhirnya aku minta kiriman lagi, minta transfer dana. ke orang tua. Ya... Allah malu rasanya, nggak bisa bantu malah minta bantuan terus.

Riang gembira saat itu sesama anak kost saling mendoakan dan kami saling berbagi kalau ada yang baru kerja biasanya gaji pertama kami sisihkan untuk "traktir" biasa aja nggak mewah-mewah, kadang cukup gorengan aja. Tapi ya itu tadi suasananya begitu akrab. Biasanya kami ketemu pada makan malam di sebuah warung yang cukup murah meriah di blok IV Baloi. Pada waktu itu di sana makanannya murah meriah dan sangat mengenyangkan. Pas untuk anak kost. Mie Instant memang menjadi pilihan tapi kalau keseringan malah nggak menyehatkan. Kalau libur hari Minggu dan pas tanggal "muda" kami sempatkan belanja dan makan bersama. Itulah indahnya anak kost, kebersamaannya terjalin.

Minggu atau hari libur juga bisa dimanfaatkan buat istirahat dan cuci-cuci pakaian, nasib anak kost, pada kesempatan tertentu juga ada yang berwisata ke pantai, karena Batam memang banyak pantainya, ada yang masuknya gratis ada juga pantai tertentu yang bayar dan dikelola dengan baik. Jadi ada tanda masuknya.

Setidaknya wisata dengan teman-teman menghilangkan kepenatan kerja dan refresing, serta melihat keindahan ciptaan Allah SWT. Nasib Anak Kost tidak selamanya buruk, di kost kita bisa belajar mandiri, gimana kita bisa eksis tanpa bantuan orang tua, saudara, belajar bekerjasama dengan teman, berbagi walau sedikit dan bentuknya tidak harus materi, bisa tukar informasi dan cerita baik suka dan duka.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar